27 Agustus 2009

Fenomena Nexian Berry Bukti Masyarakat Indonesia Konsumtif?

Sangat jeli membaca pasar, Nexian kini tidak lagi dipandang sebelah mata di jagad perponselan di Indonesia. Vendor ponsel lain kini ramai-ramai mengekor. Bahkan setelah sukses besar menggandeng XL, kini berturut-turut 2 operator raksasa pun digandengnya, yaitu Indosat dan Telkomsel lewat paket bundling HP.

Setidaknya ada 2 idol yang kini menjangkiti masyarakat kita, yakni gadget Blackberry (BB) dan situs jejaring sosial facebook. Tim marketing Nexian begitu jeli membaca keinginan pasar ini hingga tiba-tiba langsung menggebrak dengan diluncurkannya Nexian NX g900 yang dibundling bersama XL.

Nexian NX G900 benar-benar bagai oasis karena hadir sebagai BB wannabie yang lengkap dengan akses mudah ke facebook namun dibandrol dengan amat sangat terjangkau. Walhasil kehadirannya mendapat sambutan luar biasa antusias oleh pasar. Pemesanan dengan cara indent di gerai resmi? atau harus antri berjam-jam ketika launching? atau terpaksa membayar lebih mahal di toko-toko ponsel biasa? Hmmm, semua pilihan ini toh tidak membuat surut animo masyarakat. Bukti nyata adalah luluhnya Indosat dan Telkomsel untuk tanpa malu-malu mengekor ke XL.

Kenapa Nexian?

Saya juga nggak tau pasti kenapa hehehe. Yang paling masuk akal adalah pertama karena tim pemasaran Nexian memang OK banget membaca pasar sehingga menjadi pencipta trendsetter. Kedua, ya faktor luck. Ketiga, mungkin layanan purna jual Nexian lebih baik dibanding vendor-vendor sejenis (baca hp China), Keempat, secara spesifikasi Nexian mampu memenuhi semua yang diinginkan pasar, walaupun masih dalam kategori sekedar ada. Kelima, komplain pengguna agak jarang terdengar ya?

Sukses bersama XL dengan Nexian NX G900, kini Nexian bersama Indosat meluncurkan Nexian NX G911. Dan yang terbaru adalah bersama Telkomsel meluncurkan Nexian NX G922. Tampilan pun makin cantik.

Ketiganya memiliki spesifikasi yang cenderung sama yaitu :
- Tombol qwerty
- Email Browsing (pull email)
- Chating Application (Java System), Indosat : mig33, telkomsel : ChatingIcon, XL : eBuddy
- Facebook (Langsung ada Icon Facebook)
- Dual SIM GSM (900/1800 MHz)
- MP3 Player
- Fm RADIO
- Video 3gp
- JAVa SYSTEM - GAMES, APLIKASI
- GPRS
- CAMERA VGA
- BLUETOOTH
- SUpport External Memory Up to 4 GB
- Cable Data, Charger, Sarung, Batery dan 2 Simcard (kecuali XL memberi 1 simcard saja)

Geliat Nexian sepertinya tidak berhenti sampai di sini. Konon kabarnya akan diluncurkan segera HP sejenis untuk dual simcard GSM-CDMA. Kita tunggu saja kehadirannya.

Saya pernah melihat di sebuah acara televisi bahwa Indonesia merupakan 60% penyerap nokia communicator di dunia, kini demam beralih ke BB. Apakah negeri kita akan selalu menjadi konsumtif terhadap semua produk yang bercitra "keren, gaya, dan mahal" ini? Entahlah. Tapi fakta-fakta ini memang sulit dibantah.

Dan tak hanya menjangkiti kaum berkantong tebal, ternyata masyarakat kelas menengah bawah pun tak mau kalah dalam hal gaya dan penampilan. Mungkin itu ya salah satu fakta yang dicermati Nexian :)

22 Agustus 2009

Berpeluh Membanjir Cinta

Bukan seorang yang berbakat penyair, juga tidaklah seorang yang puitis
Hanya karena ingin mengisi sebagian ruang hati yang tiba-tiba kosong
Sejak kepergiannya ...

Yang kuingat
ia membanjiri kami dengan cinta
lewat tetesan peluhnya

irisan ketupat yang lezat menemani setiap malam semua pelanggan
dengan guyuran bumbu kacang terlezat di dunia
karena dibuat dengan cinta
potongan tahu panas dan taburan tauge rebus menambah gurih rasa
semua pelanggan menyukainya
kamu pun pasti akan ketagihan bila mencobanya

Yang kukenang
ia membanjiri kami dengan cinta
lewat tetesan peluhnya

Tiap malam
hingga ribuan malam berikutnya
ia melakukannya dengan ikhlas
dengan penuh cinta
ia mengantar kami hingga kami mengenal sekolah tinggi
yang bahkan ia tidak mengerti apa itu sekolah tinggi
cinta jauh melampaui itu semua

Yang tak mungkin kulupa
ia membanjiri kami dengan cinta
lewat tetesan peluhnya

Kami semua selalu bersama
setiap rupiah selalu penuh barokah
seorang cerdas dan mampu melihat melompat ke depan
membimbing kami tuk mengenal-Nya
berjalan tegap di atas bumi-Nya
namun tetap merunduk atas kebesaran-Nya

Yang selalu kuingat
ia membanjiri kami dengan cinta
walaupun tak pernah diungkap dengan kata
matanya mengatakan semua

Ramadhan pertama tanpanya
terasa ada yang mengiris-iris di hati
ada ruang kosong yang masih menganga

Biar kami isi dengan doa
hanya itu yang mampu
dan hanya itu ...

Yang tak mungkin kami lupa
ia membanjiri kami dengan cinta
peluhnya kini berganti doa
doa yang tiada putus baginya

1 Ramadhan 1430 H
Teruntuk almarhum Bapak kami tercinta

18 Agustus 2009

Dauroh I Milis KCB : Pencerahan dalam Balutan Ukhuwah


Perhelatan akbar pertama komunitas pecinta dan pengapresiasi seni, sastra, dan sinema Islam yang tergabung dalam Milis KCB (Ketika Cinta Bertasbih) ini memang hanya dipersiapkan hanya dalam kurun waktu 2 minggu. Namun Alhamdulillah berlangsung dengan baik dan lancar. Setidaknya indikator utamanya adalah kehadiran hampir seluruh pembicara yang telah diundang.

Kehadiran Kang Umam (Chaerul Umam), El manik, Kang Abik (Habiburrahman Elshirazy), Ustadz Abu Ridho, serta Taufik Ismail menjadi pengobat segala kelelahan dan kepusingan panitia yang berjibaku dengan segala persiapan teknis untuk kgiatan ini. Belum lagi pemateri lainnya yang hadir seperti Mas Prayogi (cameraman Film KCB), Mas Bambang (materi Ghozwul Fikri), Ustadz Ridwan (materi Syahadat dan Islam), dan Ustadz ferry Nur (Qiyamul lail dan Muhasabah) menambah hikmah luar biasa pada kegiatan yang hanya berdurasi 2 hari satu malam ini.

Tak hanya materi spektakuler yang diperoleh para peserta dauroh ini, kegembiraan pun kian lengkap dengan kehadiran para pemeran Film Ketika cinta Bertasbih yang mengikuti kegiatan ini juga sebagai peserta seperti yang lainnya. Empat bintang yang hadir ini adalah Cholidi Asadil Alam (pemeran Azzam), Oki Setiana Dewi (pemeran Anna Althafunnisa), Andy Arsil (pemeran Furqon), dan Meyda Safira (pemeran Ayatul Husna).


Dauroh pertama ini bertempat di Bojongsari - Sawangan Depok pada sabtu - ahad kemarin (15-16 Agustus 2009). Registrasi peserta dimulai sejak pukul 10.00 pagi. Acara baru resmi dibuka pada pukul 13.00 dengan pembacaan Alquran. Materi pertama dan kedua berjudul Urgensi Syahadat dan Pengenalan Islam disampaikan dengan sangat menarik dan mudah dicerna oleh ustadz Ridwan. Dua materi ini mengantarkan seluruh peserta hingga pukul 17.00.

Setelah seluruh peserta cukup beristirahat maka acara workshop kembali dimulai pada pukul 19.30 dengan materi tentang Sinematografi oleh Mas Prayogi. Materi ini memperkenalkan bagaimana sebuah gambar tercipta dan tampil dalam sebuah film, sebuah pengetahuan yang sama sekali baru tapi tentu saja menarik. Materi bersambung ke Penyutradaraan dan Profesionalisme dalam Bekerja. Materi ini disampaikan oleh kolaborasi antara Kang Umam dan Elmanik. Siapa yang meragukan keduanya adalah pakar di bidang masing-masing. Materi ini disampaikan dengan begitu lugas dan menarik, memang apa yang disampaikan dari hati tentu akan masuk ke dalam hati yang menerimanya ... Subhanallah.

Setelah 3 pakar berbicara tak tanggung-tanggung malam itu para peserta diserbu lagi dengan kehadiran Kang Abik yang khusus hadir dari Semarang. Tema Menjadi Seniman dan Budayawan Islami sangat menarik disampaikan dengan gaya khas Kang Abik. Sudah dapat ditebak keseluruhan materi di atas tentu saja disambut dengan amat sangat antusias oleh kami, terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang terlontar pada sesi tanya jawab. Hampir tengah malam baru materi hari I ini berakhir. Peserta pun dapat beristirahat.


Tepat pukul 03.00 kami semua bangun untuk mengikuti qiyamul lail yang diimami secara khidmat oleh Ustadz ferry Nur dan dilanjutkan dengan Muhasabah (perhitungan diri) yang begitu mengharukan hingga Subuh manjelang.

Materi kembali digelar pada pukul 09.00 dengan tema Ghazwul Fikri (perang pemikiran). materi ini menyadarkan kembali kepada umat Islam akan perlunya kembali kepada nilai-nilai Islam sebagai satu-satunya filter atas serbuan serangan pemikiran dari luar yang mencoba menghancurkan aqidah umat Islam.

Pemutaran film menjadi kegiatan kami selanjutnya. Hingga waktu Dzuhur kami menyaksikan sebuah film yang akan kami coba berikan apresiasi dan penilaian atas film tersebut. Setelah dzuhur berjamaah dilanjutkan dengan sesi Pembahasan film tersebut dari sudut pandang seorang penyair dan dari pihak legislatif. Hadir sebagai pembicara adalah ustadz Abu Ridho dan Pak taufik Ismail. lagi-lagi materi ini disambut menggebu-gebu dengan banyaknya pertanyaan yang terlontar dari peserta.

Tak hanya materi yang menarik dengan pembicara berbobot saja yang dihadirkan acara ini. Selama acara berlangsung juga digelar aneka perlombaan bagi peserta dengan hadiah yang menarik, sebut saja adanya lomba penulisan puisi yang dinilai langsung oleh Zak Sorga serta apresiasi/penilaian terhadap film perempuan berkalung Sorban yang dinilai oleh kang Umam langsung. Luar biasa bukan?

Ketika ukhuwah telah membasahi hati-hati kami semua, maka seakan tak ada lagi jarak antar satu dengan yang lainnya. Semangat belajar dan saling berbagi begitu kentara menjadi atmosfer selama acar berlangsung. Semua membaur tanpa ada yang lebih meninggikan diri atau merendahkan yang lainnya.

Kami semua pulang dengan hati dibanjiri hangatnya ukhuwah serta api semangat yang berkobar bahwa kita masih harus terus berjuang. Seni, sastra, dan sinema Islam masih jauh dari mencukupi. Invasi serangan dari luar begitu luar biasa membabi buta. Dibutuhkan kesadaran ummat mengenai hal ini. Ini tugas kita ... ini tugas semua ...




13 Agustus 2009

Tuhan Tolong Aku (Cholidi Asadil Alam)

Tuhan tolong hamba Mu
Agar aku bisa jalani hidupku
Sampai nanti aku mati

Tuhan bantu hamba Mu
Agar aku mampu
Menjadi manusia yg beriman kepada Mu

Buat aku slalu mengingat Mu
Mencintai Mu
Seperti Kau mencintai ku

Buat aku slalu memuja Mu
Menyayangi Mu
Seperti Kau selama ini tlah menyayangiku

ODI__Kholidi_Asadil_Alam__-_Tuhan_Tolong_Aku.mp3




09 Agustus 2009

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Oleh : Taufik Ismail



I

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

II

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

III

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,

Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

1998



08 Agustus 2009

Mengingat Nama Orang, Pentingkah?

Mengingat nama orang sering dianggap sebagai sesuatu yang dianggap kurang penting bagi sebagian orang. Kecuali tentu saja orang-orang yang dianggap penting dan akan bermanfaat buat dirinya, misalnya rekan bisnis.

Ada kejadian unik yang pernah saya alami dan ini benar-benar menggugah saya betapa besarnya nilai jika kita mampu mengingat nama orang lain yang pernah kita kenal.

Saat itu dalam sebuah acara workshop, ketika sang pembicara pamit dan beliau melewati kami peserta yang hadir. Tiba-tiba beliau yang kini sudah menjadi anggota legislatif itu menghampiri saya.

"Subhanallah, saudara Iman apa kabar? Sudah lama nggak jumpa ya" Sapanya ramah.

Tinggal saya yang tergagap disapa oleh beliau. rasa takjub luar biasa, bagaimana seorang seperti beliau masih mengingat nama saya yang bukan siapa-siapa.

Saya terus memikirkan kapan beliau mengenal saya. Dan setelah menguras seluruh memori akhirnya saya mengingat beliau pernah memberikan materi seminar ketika saya masih di kampus dulu. Kebetulan saat itu saya sebagai penanggung jawab seminar tersebut. Hanya itu, ya hanya itu. Kok bisa ya?

Dari kisah di atas saya jadi meyakini betapa dahsyat dampak positif jika kita mampu mengingat nama sebanyak-banyaknya orang yang pernah kita kenal. Siapa pun! Entah ia seorang rekan bisnis, teman kantor, teman kuliah, dosen, pemilik warung langganan kita, office boy, tukang parkir, bahkan ojek langganan kita.

Dijamin tidak akan rugi!!!

Siapa pun ia, jika kita menyapanya dengan nama ia akan merasa dihargai lebih. Coba kita bandingkan deh bagaimana sikap dan perasaan kita ketika dipanggil dengan aneka jenis panggilan berikut :

"Maaf mas yang berkacamata, bisa maju ke sini?"

"Maaf mas Imam, bisa isi form registrasi di sini?

"Mas Iman, senang berbincang dengan Anda."

"Mas, ...aduh lupa aku nama sampeyan. Apa kabar?"

"Mas Iman Sulaiman, silakan bisa mengisi daftarhadir dulu."

Nah, kalau nama kita salah disebut pasti agak jengkel kan, begitu pula saya. Seringkali saya dipanggil Imam. Jadi mengingat nama yang benar itu penting. Apalagi jika kita mampu mengingatnya dengan lengkap, untuk ini dibutuhkan kemampuan ekstra untuk melakukannya.

Pembahasan tentang pentingnya mengingat nama ternyata sudah banyak dibahas di banyak tulisan. Coba simak beberapa tulisan ini :

Manfaat Mengingat Nama Seseorang
Cara Mudah Mengingat Nama Or
ang Lain
Pentingnya Mengingat Nama Orang/Kenalan

Sebagai inspirasi untuk saya pribadi, saya sangat kagum terhadap sosok Imam Hasan Al Bana. Ini ada kutipan tulisan dari Blog milik Eva Octaviani :

Saya hanya ingin meniru apa yang dilakukan Hasan AlBanna yang sanggup menyentuh sisi-sisi terdalam dan paling sensitif dari seseorang yakni hatinya. Yang sanggup mengingat nama dan mengenal al-akh cuma karena ia menandatangani kartu keanggotaan jama’ahnya. Al-akh itu pun terkejut dan tersentuh hatinya ketika Hasan AlBanna yang baru pertama kali berkunjung ke daerahnya itu sanggup mengenalnya dari ribuan anggota jama’ah lainnya.Maka hati adalah pintu untuk masuknya hidayah dan cahaya kebenaran. Hati adalah gerbang penentu penerimaan seseorang terhadap dirinya. Hati adalah segumpal buhul dari silaturahim. Maka dengan sentuhan hati dakwah ini menyebar ke segala penjuru mata angin.

Ternyata mengingat nama seseorang akan langsung menyentuh hati orang tersebut. Semoga memberikan manfaat terutama bagi saya sendiri.

Terima kasih buat teman-teman plurker atas pengayaan ide dan inspirasi di posting ini :)